SITUASI GIZI UMUM PADA (ANAK) REMAJA DAN BUDAYA MAKAN PADA REMAJA
1.
Pengertian Gizi
Istilah “gizi” dan
“ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-1955 sebagai
terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab
“ghidza” yang berarti makanan. Disatu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan
dan disisi lain dengan tubuh manusia. Secara klasik ilmu gizi hanya dihubungkan
dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energy, membangun, dan
memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh.
(Almatsir, 2002:3)
Gizi adalah suatu
proses dimana semua makluk hidup memanfaatkan makanan untuk keperluan
pemeliharaan fungsi organ tubuh, pertumbuhan reproduksi dan sebagai penghasilan
energi. Lebih luas gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat gizi untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ serta untuk
menghasilkan tenaga.
2.
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan
pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara
mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta
bagaimana hidup sehat (Notoatmojo, 2003: 98). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam pemilihan makanan
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.
Pengetahuan gizi yang
tidak memadai, kurangnya pengertian tentang
kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi
gizi dari berbagai jenis makanan
akan menimbulkan masalah kecerdasan dan produktifitas.
Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan dengan program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program pendidikan
gizi dapat memberikan pengaruh
terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya (Soekirman, 2000:55). Menurut (Almatsir,
2002:4) Pengetahuan gizi adalah
sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal.
Pengetahuan gizi
meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan
dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
3.
Gizi remaja
Masa remaja amat
penting diperhatikan karena merupakan masa transisi antara anak-anak dan
dewasa. Gizi Seimbang pada masa ini akan sangat menentukan kematangan mereka
dimasa depan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja perempuan agar
status gizi dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya remaja
perempuan akan menjadi seorang ibu yang akan melahirkan generasi penerus yang
lebih baik. (Dedeh dkk, 2010 : 12).
Kebutuhan energi dan zat
gizi diusia remaja ditunjukkan untuk deposisi jaringan tubuhnya. Total
kebutuhan energi dan zat gizi remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan
rentan usia sebelum dan sesudahnya. Apalagi masa remaja merupakan masa transisi
penting pertumbuhan dari anak-anak menuju dewasa. Gizi seimbang pada masa
tersebut akan sangat menentukan kematangan mereka dimasa depan. (Dedeh dkk,
2010 :16 ) Intinya masa remaja adalah saat terjadinya perubahan-perubahan
cepat, sehingga asupan zat gizi remaja harus diperhatikan benar agar mereka
dapat tumbuh optimal. Apalagi dimasa ini aktifitas fisik remaja pada umumnya
lebih banyak. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas disekolah, umumnya
mereka mulai pula menekuni berbagai kegiatan seperti olah raga, hobi, kursus.
Semua itu tentu akan menguras energi, yang berujung pada keharusan menyesuaikan
dengan asupan zat gizi seimbang.
Periode Window of Opportunity adalah
kesempatan singkat untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan. Kesempatan
tersebut harus dimanfaatkan, karena bila terlewatkan, risiko akan terjadi
dikemudian hari. Istilah ini digunakan dalam berbagai bidang ilmu, seperti
astronomi, ekonomi, kedokteran, dan
kesehatan masyarakat termasuk gizi. Dibidang gizi periode Window of Oppurtunity
‘hanya’ berkisar dari sebelum kehamilan sampai umur anak sekitar dua tahun.
Jika calon ibu hamil kekurangan gizi dan berkelanjutan hingga hamil, janin pun
akan kekurangan gizi. Hal ini dapat menimbulkan beban ganda masalah gizi, yakni
anak kurang gizi, lambat berkembang, mudah sakit, kurang cerdas, serta ketika
dewasa kegemukan dan berisiko terkena penyakit degenerative. (Dedeh dkk, 2010 :
10)
Penentuan kebutuhan
akan zat gizi secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA)
yang disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu,
jika konsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti
kebutuhannya berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis,
biokimiawi, antropometris, diet serta psikososial.
4.
Pemenuhan Gizi Remaja
Energi dan protein yang
dibutuhkan remaja lebih banyak dari pada orang dewasa, begitu juga vitamin dan
mineral. Seorang remaja laki-laki yang aktif membutuhkan 3.000 kalori atau
lebih perhari untuk mempertahankan berat badan normal. Seorang remaja putri
membutuhkan 2.000kalori perhari untuk mempertahankan badan agar tidak gemuk.
Vitamin B1, B2 dan B3 penting untuk metabolism karbohidrat menjadi energi, asam
folat dan vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah, dan vitamin A untuk
pertumbuhan jaringan. Sebagai tambahan, untuk pertumbuhan tulang dibutuhkan
kalsium dan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E penting untuk menjaga
jaringan-jaringan baru supaya berfungsi
optimal. Dan yang amat penting adalah zat besi terutama untuk perempuan dibutuhkan
dalam metabolism pembentukan sel-sel darah merah. (Husaini, 2006 : 96)
Remaja membutuhkan
energi dan nutrisi untuk melakukan deposisi jaringan. Peristiwa ini merupakan
suatu fenomena pertumbuhan tercepat yang terjadi kedua kali setelah yang pertama
dialami pada tahun pertama kehidupannya. Nutrisi dan pertumbuhan mempunyai
hubungan yang sangat erat. Kebutuhan nutrisi remaja dapat dikenal dari
perubahan tubuhnya. Perbedaan jenis kelamin akan membedakan komposisi tubuhnya,
dan selanjutnya mempengaruhi kebutuhan nutrisinya.
Kecukupan energi
diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses metablisme tubuh. Cara
sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari BB-nya. Pada
remaja perempuan usia 10-12 tahun, kebutuhan energinya sebesar 50-60 kkal/kg
BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kkal/kg BB/hari. Pada remaja
laki-laki usia 10-12 tahun, kebutuhan energiya sebesar 55-60 kkal/kg BB/hari,
sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 45-55 kkal/kg BB/hari. (Dedeh dkk, 2010:21)
Energi dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan, perkembangan,aktifitas otot, fungsi metabolik lainnya
(menjaga suhu tubuh, menyimpan lemak tubuh), dan untuk memperbaiki kerusakan
jaringan dan tulang disebabkan oleh karena sakit dan cedera. Sumber energi
makanan berasal dari karbohidrat, protein, lemak, menghasilkan kalori
masing-masing, sebagai berikut : karbohidrat 4 kkal/g dan lemak 9 kkal/g
didalam nutrisi ini ada yang memasukkan alkohol sebagai salah satu diantara sumber energi yang
menghasilkan kalori 7 kkal/g. energi yang diperlukan seseorang remaja
tergantung dari BMR individu masing-masing tingkat pertumbuhan dan aktifitas
fisik remaja yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan BB atau mungkin
obesitas. Asupan energi yang rendah menyebabkan retardasi pertumbuhan. Energi
merupakan kebutuhan yang terutama ; apabila tidak tercapai, diet protein,
vitamin, dan mineral tidak dapat digunakan secara efektif dalam berbagai fungsi
metabolisme
WHO menganjurkan
rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein,
15-30% dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat (Almatsier, 2002:132).
a.
Karbohidrat
Karbohidrat dikenal
sebagai zat gizi makro sumber “bahan bakar” (energi) utama bagi tubuh. Sumber
karbohidrat utama dalam pola makanan Indonesia adalah beras. Di beberapa
daerah, selain beras digunakan juga jagung, ubi, sagu, sukun dan lain-lain.
sebagian masyarakat, terutama dikota, juga menggunakan mie dan roti yang dibuat
dari tepung terigu. Karena sebagian besar energi berasal dari karbohidrat, maka
makanan sumber karbohidrat digolongkan sebagai makanan pokok. Dalam TGS,
makanan sumber karbohidrat diletakkan sebagai dasar tumpeng. (Dedeh dkk ,
2010:35)
Sumber karbohidrat yang
baik pada diet adalah : karbohidrat simple (buahbuahan, sayur-sayuran, susu,
gula, pemanis berkalori lainnya), dan karbohidrat komplek (produk padi-padian
dan sayur-sayuran). Asupan yang tidak menyebabkan
ketosis ; sebaiknya asupan yang berlebih-lebihan mengarah pada kelebihan
kalori.
b.
Protein
Protein diperlukan
untuk sebagian besar proses metabolic, terutama pertumbuhan, perkembangan, dan
mainteen/merawat jaringan tubuh. Asam amino merupakan elemen struktur otot,
jaringan ikat, tulang, enzim, hormone, antibody, protein juga mensuplai sekitar
12%-14% asupan energi selama masa anak-anak dan remaja.
Makanan yang tinggi
protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan
protein memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan
kelebihan nitrogen. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua
kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein. Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi VI (WKNPG VI) tahun 1998 menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) protein
untuk remaja 1,5 - 2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah
48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.
Kelebihan asupan
protein dapat mengakibatkan kelebihan berat badan atau sampai obesitas. Bila
asupan energi terbatas diet protein lebih banyak dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan energi, dan tidak bisa dipakai untuk mensintesis jaringan baru.
Pertumbuhan mengalami kegagalan atau terjadi, kurang energi protein (KEP).
Sumber diet protein yang baik adalah : daging, unggas, ikan, telur, susu, dan
keju.
c.
Lemak
Kebutuhan lemak belum
direkomendasikan sebelumnya. Hanya saja pesan dala pedoman gizi seimbang
menganjurkan bahwa kebutuhan lemak sebaiknya seperempat dai kebutuhan enegi.
Saat ini kebutuhan lemak ditentukan sebesar 20% dari kebutuhan energi.
(Soekirman, 2006:20)
Lemak juga sebagai
sumber asam lemak esensial yang diperlukan oleh pertumbuhan, sebagai sumber
suplay energi yang berkadar tinggi, dan sebagai pengangkut vitamin yang larut
dalam lemak. Cara yang digunakan untuk mengurangi diet berlemak adalah dengan
memanfaatkan aneka buah dan sayur dan produk padi-padian dan serelia : juga
dengan memilih makanan rendah lemak dan daging tanpa emak.
Asupan lemak yang
kurang, akan terjadi gambaran klinis defesiensi asam lemak esensial dan nutrisi
yang larut dalam lemak, serta pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya kelebihan
asupan beresiko kelebihan BB, obesitas, mungkin meningkatnya resiko penyakit
kardiovaskuler dikemudian hari. Sumber berbagai lemak tertentu misalnya : lemak
jenuh (mentega, lemak babi), asam lemak tek jenuh tunggal (minyak olive), asam
lemak jenuh ganda (minyak kacang kedelai), kolestrol (hati, ginjal, otak,
kuning telur, daging, unggas, ikan dan keju)
Kebutuhan lemak tidak
dinyatakan secara mutlak. WHO menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30% dari
kebutuhan energi total dianggap baik untuk
kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak essensial dan untuk
membantu penyerapan vitamin larut lemak (Almatsier, 2002:72). Dalam TGS makanan
sumber lemak, seperti diuraikan diatas, diletakkan pada puncak TGS karena
penggunaannya dianjurkan seperlunya. (Dedeh dkk : 2010)
d.
Serat
Serat pada diet
jumlahnya berlimpah, fungsinya pada tubuh adalah untuk melancarkan proses
pengeluaran tubuh. Sumber yang baik dari diet, misalnya ; seluruh produk
padi-padian, beberapa jenis buah dan sayur, kacang-kacangan kering, dan biji-bijian.
Bila kekurangan asupan mungkin menimbulkan absorpsi mineral berkurang.
e.
Zat besi
Remaja adalah salah
satu kelompok yang rawan terhadap defesiensi zat besi, dapat mengacu semua
kelompok status sosial ekonomi, terutama yang berstatus ekonomi rendah.
Penyebab sebagian besar oleh karena ketidakcukupan asimilasi zat besi yang
berasal dari diet, zat besi dari cadangan dalam tubuh dengan cepatnya
pertumbuhan dan kehilangan zat besi. Prevalansi zat besi pada gadis umur 11-14
tahun sekitar 2,8% dan pada anak laki-laki 4,1 % seangka umur 15-19 tahun
defesiensi zat besi pada gadis ditemukan sekitar 7,2 % dan laki-laki 0,6%.
Kebutuhan zat besi
meningkat pada remaja oleh karena terjadi pertumbuhan yang meningkat ekspansi
volume darah dan masa otot. Peran zat besi penting untuk mengangkut oksigen
dalam tubuh dan peran lainnya dalam pembentukan sel darah merah gadis yang
menstruasi membutuhkan tambahan zat besi yang lebih tinggi.
Kebutuhan zat besi
rata-rata pada saat anak prapubertas adalah 10 mg/hari diet remaja hanya
mengandung 6 mg/1000 kkal, sehingga pada gadis yang umumnya membutuhkan kalori
yang lebih rendah akan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan zat besinya.
Kekurangan zat besi akan menyebabkan defesiensi besi, atau anemia besi,
sebaliknya kelebihan asupan pada pasien dengan predisposisi genetic tertentu
menyebabkan overioad zat besi, sumber zat besi yang baik dalam diet, hati,
daginng sapi, kacang kering, bayam, dan padi-padian dan serelia yang diperkaya.
Kebutuhan mineral
seluruhnya meningkatnya pada masa kejar tumbuh remaja. Mineral berperan penting
pada kesehatan, kalsium, zat besi dan seng, penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan. (Soekirman, 2006 : 31). Fungsi mineral dalam tubuh sebagai
berikut: memelihara keseimbangan asam tubuh dengan jalan penggunaan mineral
pembentuk asam (klorin, fosfor, belerang) dan mineral pembentukan basa (kapur,
besi, magnesium, kalium dan natrium), mengkatalisasi reaksi yang bertalian
dengan pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan
protein tubuh, sebagai bagian dari cairan usus. Mineral berperan pada
pertumbuhan tulang dan gigi. Bersama dengan protein dan itamin, mineral membentuk sel
darah dan jaringan tubuh lain.(Soekirman, 2006:26)
f.
Kalsium
Pertumbuhan tinggi pada
masa remaja mencapai 20 % pertumbuhan tingginya dewasa dan 40 % masa dewasa.
Kebutuhan kalsium pararel dengan pertumbuhan, dan meningkat dari 800 mg/hari
menjadi 1200 mg/hari pada kedua jenis kelamin pada umur 11-19tahun. Retensi
kalsium pada remaja mencapai 200 mg/hari dan pada laki-laki antara 300-400
mg/hari. Kebutuhan kalsium sangat tergantung pada jenis kelamin, umur
fisiologis, dan ukuran tubuh.
Kalsuim yang penting
pada remaja untuk pembentukan dan pertumbuhan tulang sehingga tulang dapat
terpenuhi. Pada remaja putri asupan kalsium lebih rendah dari kebutuhan
sehari-hari yang dianjurkan sekitar lebih dari 50% remaja putri diet dengan
kalsium kurang dari 70% kebutuhan kalsium sehari. Faktor utama yang
mempengaruhi kalsium adalah kecukupan asupan vitamin baik dari diet maupun
sinar matahari.
g.
Seng
Seng merupakan mineral
mikro esensial. Seng diperlukan untuk sistem
reproduksi, pertumbuhan janin, system pusat syaraf, dan fungsi kekebalan
tubuh.(Soekirman, 2006 : 32). Seng didapatkan sebagai komponen sekitar 40 metaloenzim terlibat dalam proses metabolism,
seperti sistesis protein, penyembuhan luka, pembentukan sel darah, fungsi imun,
untuk pertumbuhan, dan pematangan seksual, terutama saat pubertas.
Defesiensi ada hubungan
dengan diet sudah diketahui sejak tahun 1960 pada remaja laki-laki di Mesir dan
iran. Gejala klinisdan defesiensi seng antara lain : gagal tumbuh, nafsu makan
berkurang, perubahan kulit, dan pematangan seksual yang terlambat, tetapi seng
dapat meningkatkan pertumbuhan dan pematangan seksual, sedangkan gejala
kelebihan asupan seng adalah emesis/intiksikasi akut. Sumber seng yang baik
dalam ; kerang laut, daging merah, unggas, keju, seluruh padi-padian sereal,
kacang kering dan telur.
h.
Vitamin
1)
Vitamin A
Vitamin
A merupakan nutrisi yang larut dalam lemak, esensial untuk mata, tulang,
pertumbuhan, pertumbuhan gigi, sel reproduksi dan intregitas system imun.
Vitamin A masih merupakan masalah nutrisi utama yang berakibat kebutaan di
Negara berkembang termasuk di Indonesia. Kelebihan asupan vitamin A menimbulkan
teraogenitas, gejala toksisitas termasuk efek pada kulit dan tulang.
2)
Vitamin C
Fungsi
vitamin C dalam pembentukan kolagen, tulang dan gigi, promasi absorpsi zat besi
; melindungi vitamin lain dan mineral dari oksidasi (antioksidan). Rata-rata
asupan vitamin C remaja laki-laki 121 mg/hari, dan pada gadis 80 mg/hari.
Asupan ini termasuk lebih tinggi dari RDA, yakni 50 mg/hari untuk usia remaja
11-14 tahun, dan 60 mg/hari untuk usia 15-18 tahun. Buah-buahan segar seperti
jeruk, tomat, kentang, sayur hijau tua, dan strawberi yang dijus merupakan
asupan vitamin C yang sangat baik.
Asupan
vitamin C menimbulkan gejala defesiensi vitamin C, berupa pendarahan kulit dan
gusi, lemah, efek perkembangan tulang. Sebaliknya kelebihan asupan menimbulkan
keluhan gastrointestinal.
3)
Vitamin E
Fungsinya
sebagai antioksidan sumber vitamin E yang baik dalam diet, minyak dan lemak
sayur-sayuran, beberapa produk sereal, kacangkacangan dan beberapa ikan laut.
Asupan yang tidak menimbulkan frogilitas sel darah merah.
Perannya
folat dalam pembentukan hemoglotin dan mineral genetic. Kebutuhan folat untuk
remaja diperkirakan 3 g/kg BB, terhadap 400 remaja laki-laki dan gadis untuk
melihat status folat mendapatkan 40% remaja memiliki kadar total sel darah
merah rendah (<140 mg/ml). Folat terjadi sebagian besar oleh karena asupan
folat yang tidak cukup. Sumber folat ditemukan pada sayur berwarna hijau tua,
kacang kering, benih gandum, dan hati. Beberapa makanan sumber asam folat ini ,
kebetulan tidak disukai remaja, sehingga beresiko timbulnya defesiensi. Gejala
defesiensi folat berupa ; lemah, pucat, perubahan neurologis, dan anemia.
B.
Pola konsumsi pangan
Pola konsumsi menurut
Suhardjo (2006: 220) merupakan serangkaian cara bagaimana makan diperoleh,
jenis makanan yang dikonsumsi, jumlah makanan yang mereka makan dan pola hidup
mereka, termasuk beberapa kali makan atau frekuensi makan. Pola konsumsi
seseorang adalah salah satu bagian dari aspek anthropologi mempelajari tingkah
laku manusia sebagai suatu kelompok, tingkah laku ini mencakup juga soal-soal
yang berhubungan dengan pangan atau makanan,
misalnya cara manusia mendapatkan, mengolah dan mengkonsumsi makanan yang
berlangsung sejak zaman purba sampai zaman modern sekarang ini.
Menurut Margaret Mead
dalam (Sunita Almasiter, 2002:280) mengemukakan bahwa pola pangan, food patern
adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia
sebagai reaksi terhadap tekanan eknomi
dan sosial budaya yang dialaminya. Pola konsumsi pangan merupakan kegiatan
sosial budaya yang mempunyai pengaruh kuat terhadap apa dan bagaimana pangan
tersebut dimakan. Manifeestasi yang dihasilakan keluarga inilah yang akan
menghasilkakn food inatake behavior atau struktur perilaku konsumsi pangan atau
lebih dikenal dengan kebiasaan makan.
Pola konsumsi atau
kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia oleh kelompok manusia dalam
memenuhi kebtuhannya akan pangan ; meliputi sikap, kepercayaan, dan pemmilihan
makanan. Sikap berdasarkan pada nilai-nilai “afektif” yang berasaldari
lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi. Sedangkan kepercayaan orang yang
berkaitan degn nilai-niai “kognitif” selanjutnya pemihan makanan berdsarkan
sikap dan kepercayaan merupka proses “psikomotor”.
1.
Pembentukan Pola Konsumsi Pangan
Pola makan seseorang
individu ditinjau dari frekuensi makan dirumah yaitu apabila frekuensi makan
individu dirumah itu baik mislnya 3 kali makan utama dengan 1-2 kali makn
selingan maka konsumsi makanan jajanannya akan berkurang karena sudah kenyang
terlebih dahulu sehingga nafsu memakan makanan jajanan berkurang. Sedang pola
makan ditinjau dari penggunaan bahan makanan yang beraneka ragam pada makanan
yang dihidangkan kesehariannya dapat mengurangi konsumsi makanan jajanannya
karena variasi bahan makanan sudah terpenuhi dan zat-zat gizi yang
diperlukannya sudah tersedia dalam makanan yang menjadi menunya.
Pada usia remaja harus
dibiasakan menyukai makanan yang beraneka ragam. Remaja perlu diperkenalkan
variasi, baik jenis maupun rasa, makanan. Misalnya untuk karbohidrat tidak
hanya pada sepiring nasi, tetapi juga terdapat pada semangkuk mie, setangkup
roti, sepiring irisan kentang goreng, dan lain-lain. kemudian dibiasakan untuk
menyukai berbagai macam sayur dan buah. Jika memungkinkan, bawa bekal makan
siang dari rumah. Selain dapat menghemat, bekal dari rumah bisa terjamin
kesehatan dan keamanannya. (Dedeh dkk,2010:55)
Remaja sebaiknya tahu
atau memahami makanan yang dikonsumsi. Banyak remaja menyenangi makanan
berkalori tinggi yang kurang mengandung vitamin dan mineral, sehingga membuat
badan lebih gemuk. Remaja sulit mengubah kebiasaan makannya, kecuali melihat
ada keuntungannya
2.
Penyusunan Menu Seimbang untuk Remaja
Menu seimbang adalah
rangkaian dari beberapa macam hidangan untuk tiap kali makan yang dapat
menyehatka tubuh orang yang memakannya dengan menggunakan semua golongan bahan
makanan dan penggantinya dengan memperhatikan keseimbangan zat-zat gizi yang
terkandung didalamnya.
Tujuan
penyusunan menu seimbang bagi remaja :
a.
Agar makanan yang akan dihidangkan dapat menjamin terpenuhinya kecukupan gizi
atau kebutuhan gizi seseorang karena syarat pertama yang harus diperhatikan
dalam menyusun menu adalah terpenuhinya kebutuhan gizi bagi tubuh.
b.
Terciptanya keanekaragaman dan kombinasi bahan makanan sehingga rasa bosan
dapat dihindari
c.
Alokasi keuangan untuk pembelian bahan makanan dapat diatur sehingga tidak terjadi
pengeluaran uang yang berlebihan
d.
Waktu dan tenaga tidak terbuang sia-sia hanya untuk keperluan dapur saja.
e.
Makanan yang disajikan dapat dipilih berdasarkan kesukaan keluarga.
Pilihan terbaik adalah
membiasakan diri berperilaku makan sehat setiap hari. Menu makan harus beraneka
ragam agar semua macam zat gizi yang dibutuhkan terpenuhi dari makanan. Dengan
terpenuhi zat-zat gizi dari makanan tidak ada alasan untuk menggunakan
suplemen. Jika belum jelas betul manfaatnya, sebaiknya suplemen dimanfaatkan
untuk kebutuhan jangka pendek dan upayakan tida menjadi kebiasaan untuk jangka
waktu yang panjang. (Husaini, 2006 :59)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penyusunan menu seimbang adalah :
1)
Kecukupan gizi
Makanan yang
dihidangkan harus memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik
kwalitas maupun kwantitasnya. Ukuran kwalitas adalah meliputi nilai sosial,
ragam jenis bahan makanan dan nilai cita rasa. Sedangkan nilai kwalitasnya yang umum dipergunakan yaitu
kandungan zat gizi. Penentuan kebutuhan bahan makanan berbeda-beda pada setiap
orang tergantung dari : umur, jenis kelamin, aktifitas, tinggi dan berat badan,
iklim, keadaan fisiologis, status kesehatan.
2)
Pemilihan bahan pangan
Pemilihan bahan makanan
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan menu,
karena mutu bahan yang akan digunakan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
mutu yang dihasilkan dari penyusunan menu. Pemilihan bahan pangan meliputi :
pengetahuan bahan pangan, daya beli, ketersediaan bahan pangan dan musim,
kultur sosial budaya, kombinasi dan variasi makanan.
3)
Pengolahan pangan
Pengolahan pangan yaitu
hal-hal yang dapat menunjang keberhasilan seseorang dalam penyusunan menu
sehari-hari. Pengolahan pangan meliputi : alat, fasilitas, tenaga dan waktu.
Menu yang telah disusun dapat diterapkan dengan baik dengan menggunakan
alat-alat dan perlengkapan dapur yang tersedia. Bila alat dan fasilitas
terbatas maka menu yang disusun juga harus menu sederhana, bila alat dan
fasilitas modern maka menu yang disusun akan lebih luwes dan bervariasi. Dengan
tesedinya alat-alat dan vasilitas yang baik maka efisiensi dan efektifitas
dapat tercapai. Ada berbagai macam teknik memasak, yaitu menggoreng, menumis,
mengukus, memanggang, merebus dan lain-lain. Dalam pengolahan makanan bisa
menggunakan salah satu teknik tersebut.
3.
Perilaku makan remaja
Perilaku makan pada
remaja putri adalah suatu tingkah laku obsevable, yang dapat dilihat dan
diamati, yang dilakukan remaja putri dalam rangka memenuhi kebutuhan makannya.
Aktivitas ini tidak hanya terkait dengan aspek fisiolofis saja, tapi juga
terkait dengan aspek psikologis dan sosial remaja putri.
Menurut Levi dkk (dalam Witari,1997:12) aspek-aspek
perilaku makan adalah sebagai berikut :
a.
Keteraturan makan, seperti memperlihatkan waktu makan (pagi, siang, dan malam)
b.
Kebiasaan makan. Kebiasaan makan dalam hal ini dapat dilihat dari beberapa hal,
diantaranya dari cara makan, tempat makan dan beberapa aktivitas yang dilakukan
ketika makan. Dilihat dari cara makan seperti duduk, berdiri atau sambil
berbaring ketika makan.
c.
Alasan makan. Makan dilakukan karena menurut kebutuhan fisiologis (rasa lapar),
kebutuhan psikologis (mood, perasaan, suasana hati), dan kebutuhan sosial (konformitas
antara teman sebaya, gengsi)
d.
Jenis makanan yang dimakan
e.
Perkiraan terhadap kalori-kalori yang ada dalam makanan.
Aspek-aspek perilaku
manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap,
kepercayaan, jenis makanan, frekuensi, cara pengolahan, dan pemilihan makanan.
Komentar
Posting Komentar